Powered By Blogger

Rabu, 23 November 2011

Fungsi Transformatif Agama

Ketika kita menghendaki kehidupan keberagaman kita menjadi kehidupan keberagamaan transformatif dalam masyarakat maka kita perlu memiliki keberaniaan untuk terus menerus mempersoalkan model penghayatan hidup keberagamaan kita. Kita tidak boleh puas dengan model penghayatan hidup keberagamaan yang telah ada. Sebab boleh jadi apa yang kita anggap sebagai model penghayatan hidup keberagamaan transformatif itu untuk konteks sosial ekonomi dan politik tertentu, dalam konteks sosial ekonomi dan politik yang lain tidak lagi transformatif.  Malahan model penghayatan hidup keberagamaan itu telah menjadi sangat represif. Contohnya tentang bagaimana peranan agama-agama di Indonesia selama Orde Baru.
Seperti kita tahu bahwa harapan untuk mengikutsertakan agama-agama dalam rencana-rencana pembangunan nasional waktu itu ialah agar agama-agama dapat mendorong proses transformasi sosial, baik secara ekonomi maupun politik, agar Indonesia pasca Orde Lama boleh menjadi Negara yang demokratis, adil secara politik dan berkecukupan secara ekonomi. Tetapi apa yang kita lihat ialah agama-agama justru kehilangan fungsi transformatif itu dan menjadi hakim kepentingan kelompok kecil yang mendominasi kekuasaan ekonomi dan politik.
Keberagamaan transformatif adalah model penghayatan hidup keberagamaan yang memelihara tradisi kritis atau dalam bahasa Kitab Suci  disebut tradisi profetik. Tradisi kritis atau profetik sangat penting. Sebab, seperti telah disinggung di atas, bahwa nilai-nilai agama dalam penghayatan hidup keberagamaan umat selalu bersifat interpretatif. Dan nilai-nilai agama yang bersifat interpretatif itu selalu akan dipengarahi oleh aspirasi dan kepentingan penganut, baik secara sosial ekonomi maupun politik. Karena itu, tanpa tradisi kritis atau profetik, kehidupan keberagamaan akan selalu berada dalam bahaya mempertahankan nilai-nilai keagamaan yang bersifat interpretatif itu dalam bentuk nilai-nilai agama yang baku  dan ideologis. Model keberagamaan transformatif adalah model keberagamaan yang merupakan kesadaran religius atau kesadaran hidup meng-agama yang lahir dari pelayanan liturgis berdimensi ganda, yaitu : mengabdi kepada Allah dan kemanusiaan.
Jadi, keberagamaan transformatif dalam semangat tardisi profetik adalah model keberagamaan yang melayani Allah sepenuh hati dengan jalan mengabdikan diri sepenuhnya kepada kemanusiaan. Itu berarti bahwa nilai-nilai agama yang bersifat interpretatif dalam penghayatan umat beragama selalu harus diuji oleh sejauh mana penghayatan itu mendorong seseorang menjadi pribadi yang berkeadaban dan mendorong berkembangnya masyarakat yang berkeadaban. Kedua artikel di atas melihat secara kritis keberagamaan transformatif dalam semangat tradisi profetik yang adalah model keberagamaan yang memuliakan Allah dengan mengabdi kepada kemanusiaan yang konkret, bukan kemanusiaan yang abstrak secara ideologis.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar